Siapa sosok pendukung Prabowo yang ditembak ‘di kantong NU’ Madura?

Keluarga menunjukkan foto Muarah, korban penembakan orang tidak dikenal di Sampang, pada Jumat (22/12).

Muarah, korban penembakan orang tidak dikenal di Sampang, pada Jumat (22/12).

Pendukung calon presiden Prabowo Subianto yang ditembak dua pria yang bersepeda motor di Sampang, Madura, adalah “bekas anggota TNI”. Polisi didesak segera mengungkap motif di balik serangan itu sehingga masyarakat tidak gampang “terprovokasi”. Madura adalah salah-satu kantong Nahdlatul Ulama (NU) di Jatim yang suaranya kini diperebutkan oleh tiga calon presiden di Pemilu 2024.

Kakak korban penembakan di Sampang, Madura, mengklaim adiknya “tidak punya masalah” dengan siapapun dan “memohon” polisi untuk mengungkap kasus ini sampai tuntas.

Pengamat mengatakan jika penegakan hukum “tidak berjalan baik”, kasus kekerasan di Sampang ini berpotensi menimbulkan “ketidakpuasan” dan eskalasi “tindakan yang tidak diharapkan”.

Keluarga korban mengaku tidak menaruh curiga pada pihak manapun terkait insiden penembakan oleh orang tidak dikenal yang melukai Muarah, laki-laki berusia 50 tahun, warga Dusun Karang Barat, Banyuates, Sampang, pada Jumat (12/22) lalu.

Terkait motif politik yang dikait-kaitkan dalam kasus ini, keluarga mengaku menyerahkannya kepada pihak kepolisian.

“Pihak keluarga sebetulnya tidak tahu apakah ini terkait dengan politik atau tidak. Kemungkinan yang mempunyai analisa itu nanti pihak kepolisian karena kasus ini saya sudah serahkan ke pihak yang berwajib,” kata Marrah, kakak korban, yang ditemui oleh wartawan Ahmad Musthofa Azany yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Selasa (26/12).

Isu pemilu santer dikaitkan dengan kasus penembakan ini karena Muarah disebut-sebut merupakan pendukung pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran, yang kemudian juga dibenarkan oleh pihak keluarga.

Dikonfirmasi secara terpisah, Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Dirmanto mengatakan “sampai saat ini tidak ada kaitannya dengan pemilu atau politik.”

“Tunggu saja, penyidik masih bekerja,” kata Dirmanto kepada BBC News Indonesia.

Dosen Pemilu Fakultas Hukum Universitas Indonesia (PHUI) Titi Anggraini mengingatkan pihak kepolisian untuk melakukan proses penegakan hukum yang sesuai prosedur agar tidak terjadi “tindakan-tindakan yang tidak diharapkan”.

“Supaya peristiwa ini tidak tereskalasi ke mana-mana, makanya penting proses penegakan hukum yang responsif, profesional, terbuka dan akuntabel, sehingga masyarakat bisa memahami duduk masalahnya dengan lebih jernih,” kata Titi.

Dia juga meminta semua pihak, termasuk masyarakat dan peserta pemilu untuk menghormati proses hukum dan tidak melakukan provokasi. Sebab, belum diketahui secara pasti apakah kasus ini berhubungan dengan politik atau “kriminal murni”.

Seperti kawasan pesisir utara di Jawa Timur, Madura disebut sebagai kantong atau basis warga Nahdlatul Ulama (NU) – ormas Islam terbesar di Indonesiahttps://gitarisgila.com/. Mereka inilah yang menjadi incaran tiga calon presiden guna mendongkrak perolehan suara mereka dalam Pilpres 2024.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*